Metodologi penelitianmerupakan sesuatu yang berusaha membahas konsep teoritik berbagai metode, kelebihan dan kelemahannya–yang dalam karya ilmiah dilanjutkan dengan pemillihan metode yang digunakan. Dalam hal ini metode lebih bersifat teknis pelaksanaan lapangan sedangkan metodologi lebih pada uraian filosofis dan teoritisnya. Oleh karena itu penetapan sebuah metodologi penelitian mengandung implikasi inheren di dalam diri filsafat yang dianutnya. Sebab filsafat ilmu yang melandasi berbagai metodologi penelitian yang ada. Maka dari itu dengan mengetahui metodologi penelitian yang digunakan, filsafat ilmu dan kajian teoritisnya, kelemahan dan kelebihannya diharapkan akan mampu memberikan kesesuaian metodologi dengan fokus masalah penelitian.
Istilah penelitian kualitatif seperti ditulis Irfan menurut Kirk dan Miller (1986:9) pada mulanya bersumber pada pengamatan kualitatif yang dipertentangkan dengan pengamatan kuantitatif. Lalu mereka mendefinisikan bahwa metodologi kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada pengamatan pada manusia dalam kaasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasanya dan dalam peristilahannya .[1] Penelitian kualitatif memiliki ciri atau karakteristik yang membedakan dengan penelitian jenis lainnya. Dari hasil penelaahan pustaka yang dilakukan Moleong atas hasil dari mensintesakan pendapatnya Bogdan dan Biklen (1982:27-30) dengan Lincoln dan Guba (1985 :39-44) ada sebelas ciri penelitian kualitatif[2] , yaitu:
1. Penelitian kualitatif menggunakan latar alamiah atau pada konteks dari suatu keutuhan (enity).
2. Penelitian kualitatif intrumennya adalah manusia, baik peneliti sendiri atau dengan bantuan orang lain.
3. Penelitian kualitatif menggunakan metode kualitatif.
4. Penelitian kualitatif menggunakan analisis data secara induktif.
5. Penelitian kualitatif lebih menghendaki arah bimbingan penyusunan teori subtantif yang berasal dari data.
6. Penelitian kualitatif mengumpulkan data deskriptif (kata-kata, gambar) bukan angka-angka.
7. Penelitian kualitatif lebih mementingkan proses dari pada hasil.
8. Penelitian
kualitatif menghendaki adanya batas dalam penelitian nya atas dasar
fokus yang timbul sebagai masalah dalam peneltian.
9. Penelitian kualitatif meredefinisikan validitas, realibilitas, dan objektivitas dalam versi lain dibandingkan dengan yang lazim digunakan dalam penelitian klasik.
10. Penelitian kualitatif menyusun desain yang secara terus menerus disesuaikan dengan kenyataan lapangan (bersifat sementara).
11.
Penelitian kualitatif menghendaki agar pengertian dan hasil
interpretasi yang diperoleh dirundingkan dan disepakati oleh manusia
yang dijadikan sumber data.
Kajian penelitian kualitatif berawal dari kelompok ahli sosiologi dari “mazhab Chicago”
pada tahun 1920-1930, yang memantapkan pentingnya penelitian kualitatif
untuk mengkaji kelompok kehidupan manusia. Pada waktu yang sama,
kelompok ahli antropologi menggambarkan outline dari
metode karya lapangan; yang melakukan pengamatan langsung ke lapangan
untuk mempelajari adat dan budaya masyarakat setempat. Dari awal, tampak
bahwa penelitian kualitatif merupakan bidang penyelidikan tersendiri.
Bidang ini bersilang dengan disiplin dan pokok permasalahan lainnya.
Suatu kumpulan istilah, konsep, asumsi yang kompleks dan saling terkait
meliputi istilah penelitian kualitatif.[3]
Munculnya
penelitian kualitatif adalah karena reaksi dari tradisi yang terkait
dengan positivisme dan postpositivisme yang berupaya melakukan kajian
budaya dan interpretatif sifatnya. Berbagai jenis metode dan pendekatan
dalam penelitian kualitatif, tingkat perkembangan dan kematangan
masing-masing metode ditentukan juga oleh bidang keilmuan yang memiliki
sejarah perkembangannya. Setiap
uraian mengenai penelitian kualitatif harus bekerja didalam bidang
historis yang kompleks. Penelitian kualitatif mempunyai pengertian yang
berbeda-beda untuk setiap momen, meskipun demikian definisi secara umum :
penelitian kualitatif merupakan suatu metode berganda dalam fokus, yang
melibatkan suatu pendekatan interpretatif dan wajar terhadap setiap
pokok permasalahannya. Ini berarti penelitian kualitatif bekerja dalam
setting yang alami, yang berupaya untuk memahami, member tafsiran pada
fenomena yang dilihat dari arti yang diberikan orang-orang kepadanya.
Penelitian kualitatif melibatkan penggunaan dan pengumpulan berbagai
bahan empiris, seperti studi kasus, pengalaman pribadi, instropeksi,
riwayat hidup, wawancara, pengamatan, teks sejarah, interaksional dan
visual: yang benggambarkan momen rutin dan problematis, serta maknanya
dalam kehidupan individual dan kolektif (denzin dan Lincoln,1994;2).[4]
Penelitian kualitatif secara inheren merupakan multi-metode di dalam satu fokus, yaitu yang dikendalikan oleh masalah yang diteliti. Penggunaan multi-metode atau yang lebih dikenal tringulation,
mencerminkan suatu upaya untuk mendapatkan pemahaman yang lebih
mendalam mengenai fenomena yang sedang diteliti. Yang bernama realitas
obyektif sebetulnya tidak pernah bisa ditangkap. Tringulation bukanlah
alat atau strategi untuk pembuktian, tetapi hanyalah suatu alternatif
terhadap pembuktian. Kombinasi yang dilakukan dengan multi-metode,
bahan-bahan empiris, sudut pandang dan pengamatan yang teratur tampaknya
menjadi strategi yang lebih baik untuk menambah kekuatan, keluasan dan
kedalaman suatu penelitian.[5]
Konsep dan sistematika penelitian kualitatif
sebenarnya menunjuk dan menekankan pada proses, dan berarti tidak
diteliti secara ketat atau terukur ( jika memang dapat diukur), dilihat
dari kualitas, jumlah, intensitas atau frekuensi. Penelitian kualitatif
menekankan sifat realita yang dibangun secara sosial, hubungan yang
intim antara peneliti dengan yang diteliti dan kendala situasional yang
membentuk penyelidikan. Penelitian kualitatif menekan bahwa sifat
peneliti itu penuh dengan nilai (value-laden). Mereka mencoba menjawab pertanyaan yang menekankan bagaimana pengalaman sosial diciptakan dan diberi arti.[6]
Sejarah
penelitian kualitatif mengungkapkan bagaimana disiplin ilmu sosial
modern telah menampilkan misinya untuk ”menganalisis dan memahami
perilaku yang terpola dan proses sosial dari masyarakatnya”. Asumsi yang
diberikan adalah bahwa ilmuwan sosial memiliki kemampuan untuk
mengamati dunia ini secara objektif, dan metode kualitatif merupakan
alat utama dari penamatan itu.[7]
Sepanjang
sejarah penelitian kualitatif selalu mendefinisikan karya mereka
dilihat dari sudut harapan dan nilai-nilai, keyakinan agama, ideologi
okupasional dan profesionalisasi. Penelitian kualitatif (seperti halnya
semua penelitian) selalu dinilai berdasarkan atas “standar apakah
karya tersebut mengkomunikasikan atau mengatakan sesuatu mengenai diri
kita ?” berdasarkan atas bagaimana kita mengkonseptualisasikan realita
dan gambaran kita mengenai dunia. Standar evaluasi itu dilakukan dengan
cara berpikir epistimologi, yaitu mengkaji hakikat ilmu pengetahuan
dari sudut sumber, batas, struktur dan keabsahan pada umumnya.[8]
Kegiatan
generik dalam penelitian kualitatif selalu menampilkan lima fase
tataran yang dimiliki oleh masing-masing pendekatan; (1) peneliti dan
apa yang diteliti sebagai subjek multi-kultural; (2) paradigma penting
dan sudut pandang interpretatif; (3) strategi penelitian; (4) metode
pengumpulan data dan penganalisisan bahan empiris dan (5) seni
menginterpretasi dan memaparkan hasil penelitian.[9]
Dibalik lima
fase generik itu, terdapat peneliti yang berada secara biografis.
Individu ini memasuki proses penelitian dari dalam suatu masyarakat
interpretatif yang memasukkan tradisi penelitiannya sendiri ke dalam
suatu sudut pandang yang berbeda. Sudut pandang ini mengakibatkan para peneliti mengadopsi pandangan “sebagai yang lain” yang dipelajari. Pada saat yang sama, politik dan etika peneliti juga harus dipertimbangkan, karena permasalahan ini menembus fase penelitian.
Dari
bentuknya yang interpretatif, penelitian kualitatif dihadapkan pada
masalah yang cukup mengganggu. Di satu sisi, peneliti kualitatif telah
mengasumsikan bahwa peneliti yang memiliki kualifikasi tertentu dan
kompeten akan bisa melaporkan hasl temuannya secara objektif, jelas dan
akurat mengenai pengamatan mereka sendiri mengenai dunia sosial,
termasuk pengalaman orang lain. Di sisi lain, para peneliti berpegang
pada keyakinan terhadap subjek yang sebenarnya. Dengan berbekal pada hal
tersebut, para peneliti bisa mencampurkan pengamatan mereka dan
pengamatan yang diberikan subjek melalui wawancara dan cerita kehidupan,
pengalaman pribadi, studi kasus dan dokumen lain.[10]
[1] Noeng Muhajir, Metodologi Penelitian Kualitatif, edisi IV, Jogjakarta, Penerbit Rake Sarasin, 2000.
[2] Lexy Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, cet. 13, bandung, PT. Remaja Rosdakarya, 2000.
[3] Agus Salim (ed.), Teori dan Paradigma Penelitian Sosial, Yogyakarta, Tiara Wacana, 2001.
[4] Ibid.,
[5] Ibid.,
[6] Ibid.,
[7] Ibid.,
[8] Ibid.,
[9] Ibid.,
[10] ibid., hal. 25.
Mungkin anda juga memerlukan artikel lain tentang
- Analisi Data Penelitian Kualitatif Model Spradley
- Analisis Data Penelitian Kualitatif Model Interaktif Menurut Miles dan Hubermen
- Analisis isi (content analysis) dalam Penelitian Kualitatif
- Beberapa Model Analisis Data dalam Penelitian Kualitatif
- Contoh Panduan FGD dalam Penelitian Kualitatif
- Contoh Panduan Wawancara Mendalam dalam Penelitian Kualitatif
- Discourse Analysis (Analisis wacana) dalam penelitian kualitatif
- Fokus Penelitian dan Penelitian Kualitatif
- Format Desain Penelitian Kualitatif
- Gambaran Proses Penelitian Kualitatif: Tahap Pasca Lapangan
- Gambaran Proses Penelitian Kualitatif: Tahap Pekerjaan Lapangan
- Gambaran Proses Penelitian Kualitatif: Tahap Pra-Lapangan
- Jenis dan Pendekatan Penelitian Kualitatif
- Keabsahan Data Penelitian Kualitatif
- Masalah dalam penelitian kualitatif
- Metode Focus Group Discussion (FGD) dalam Penelitian Kualitatif
- Metode Pengumpulan Data Penelitian Kualitatif
- Metode Studi Dokumen dalam pengumpulan data Penelitian Kualitatif
- Metode Wawancara Mendalam (Indepth-Interview) dalam Penelitian Kualitatif
- Metodologi Penelitian Kualitatif
- Pendekatan Biografikal dalam Penelitian Kualitatif
- Pendekatan Etnografi dalam Penelitian Kualitatif
- Pendekatan Fenomenologi Transendental Husserl dalam Penelitian Kualitatif
- Pendekatan Fenomenologi dalam Penelitian Kualitatif
- Pendekatan Grounded Theory dalam Penelitian Kualitatif
- Pendekatan Studi Kasus (Case Study) dalam Penelitian Kualitatif
- Pengantar Metodologi Penelitian Kualitatif
- Perkembangan Paradigma Metodologi Penelitian: Dari Positivistik, Post-Positivistik (Interpretif), hingga Hermeneutika
- Reduksi Data dalam analisis penelitian kualitatif menurut Miles & Huberman
- Reliabilitas Penelitian Kualitatif
- Rumusan Masalah dalam Penelitian Kualitatif
- Sistematika Penelitian Kualitatif
- Teknik Analisis Data Penelitian Kualitatif
- Teknik Moderasi Focus Group Discussion (FGD) dalam Penelitian Kualitatif
0 komentar:
Posting Komentar